Jumat, 05 April 2013

Pendekatan Pemecahan Masalah Matematika


Tugas Terstruktur                                                                                     Dosen Pengampu
Strategi  Pembelajaran Matetaika                                                           Dr. Risnawati, M.Pd

Tugas Makalah
PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
Oleh:
Joko Prastio Zulkifli
11015103505
Rini Anggraini
11115202507

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
 SULTAN SARIF KASIM
 RIAU








BAB I 
                                              PENDAHULUAN                     

A.    Latar Belakang
Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Melalui kegiatan ini aspek-aspek kemampuan matematik penting seperti penerapan aturan pada maslah tidak rutin, penemuan pola, penggeneralisasian, komonikasi matematik, dan lain-lain dapat dikembangkan secara lebih baik. Namun demikian, pada kenyataan menunjukkan kegiatan pemecahan masalah dalam proses pembelajaran matematik belum dijadikan kegiatan utama.
            Disadari atau tidak, setiap hari kita harus menyelesaikan berbagai masalah. Dalam penyelesaian suatu masalah, kita seringkali dihadapkan pada suatu hal yang pelik dan kadang-kadang pemecahannya tidak dapat diperoleh dengan segera. Tidak bisa dipungkiri bahwa masalah  yang biasa dihadapi sehari-hari itu tidak selamanya bersifat matematis. Dengan demikian, tugas utama guru adalah untuk menyelesaikan bebagai masalah dengan spektrum yang luas   yakni membantu mereka untuk dapat memahami makna kata-kata atau istilah yang muncul dalam suatu masalah sehingga kemampuannya dalam memahami konteks masalah bisa terus berkembang, menggunakan keterampilan inkuiri dalam sains, menganalisa alasan mengapa suatu masalah itu muncul dalam studi sosial dan lain-lain. Dalam matematika, hal seperti itu biasanya berupa pemecahan masalah matematika yang di dalamnya termasuk soal cerita. Untuk mengembangkan kemampuan menyangkut berbagai teknik dan strategi pemecahan masalah. Pengetahuan keterampilan, dan pemahaman merupakan elemen-elemen penting dalam belajar matematika. Dan dalam pecahan masalah, siswa dituntut memiliki kemampuan untuk mensintesis elemen-elemen tersebur sehingga akhirnya dapat menyelesaiakan masalah yang dihadapi dengan baik.

B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Masalah dan Pemecahan Masalah
2.      Cara Mengajarkan Pemecahan Masalah
3.      Strategi Pemecahan Masalah
4.      Pentingnya Pemeriksaan Kembali Hasil (Looking Back)
5.      Meta Kognisi
6.      Contoh Pembelajaran Pemecahan Masalah
C.    Tujuan Penulisan
            Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Mampu Mengenali Masalah dan Pemecahan Masalah
2.      Mengetahui Cara Mengajarkan Pemecahan Masalah
3.      Mampu Menggunakan Strategi dalam Pemecahan Masalah
4.      Mengetahui Manfaat dari Pentingnya Pemeriksaan Kembali Hasil (Looking Back)
5.      Mengetahui dan Memahami Metakognisi
6.      Mampu Memahami Contoh Pembelajaran dalam Pemecahan Masalah


BAB 2
PEMBAHASAN

1.      Masalah dan Pemecahan Masalah
a.       Pengertian Masalah
Masalah merupakan sesuatu keadaan yang tidak dapat terpisahkan  dalam kehidupan manusia. Setiap saat kita senantiasa diperhadapkan dengan masalah-masalah nyata dalam proses pemenuhan kebutuhan dan tuntutan kehidupan. Namun demikian, suatu kondisi merupakan masalah bagi seseorang pada suatu saat tertentu dan bukan lagi menjadi masalah pada saat yang lain. Demikian juga, suatu masalah merupakan masalah bagi seseorang tetapi bukan menjadi masalah bagi orang lain. Ketika seseorang mampu memenuhi tuntutan atau kebutuhan pada suatu waktu, maka tuntutan atau kebutuhan itu bukan menjadi masalahnya, begitu sebaliknya. Ketika seseorang mampu memenuhi tuntutan atau persyaratan tertentu, maka bukanlah masalah baginya, tetapi sebaliknya orang lain menjadikannya masalah ketika tidak mampu atau kesulitan untuk memenuhinya. Berarti masalah bagi seseorang pada suatu waktu adalah suatu kondisi yang harus dipenuhi, diselesaikan, atau diatasi tetapi proses pemenuhan atau penyelesaiannya membutuhkan tindakan yang tidak mudah.
Upaya mendapatkan pemecahan atau jawaban atas pertanyaan-pertanyaan soal matematika,  berbeda antara siswa yang satu dengan lainnya.  Sebagian siswa memandang sulit untuk dipecahkan, sementara siswa lain merasa mudah. Seorang siswa yang belum pernah berhasil memecahkan soal matematika akan merasa kesulitan dalam proses pemecahannya, tetapi pada kesempatan lain tidak lagi menjadikannya masalah karena sedikit atau banyak memiliki pengalaman dalam tugas yang sama atau identik. Ketika diperhadapkan dengan suatu soal yang sama sekali baru, maka proses pemecahan atau menjawabnya membutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk mengumpulkan segala pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya, kemudian mengorganisirnya dalam suatu proses pemecahan, hingga diperoleh jawabannya atau bahkan gagal tidak mendapatkannya. Inilah masalah matematika.
Fakta di atas  seperti dikemukakan oleh Cooney (1975:242) dalam Widyantini (2008:11) bahwa suatu soal akan menjadi masalah hanya jika pertanyaan itu menunjukkan adanya suatu tantangan (challenge) yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang sudah diketahui si pelaku. Hudojo (2005:123) mengungkapkan juga bahwa suatu pertanyaan akan merupakan suatu masalah bagi seseorang hanya jika seseorang tidak mempunyai aturan/hukum tertentu yang segera dapat dipergunakan untuk menemukan jawaban pertanyaan tersebut. Identik pendapat-pendapat tersebut, Suherman dkk. (2001:86) memberikan pengantar bahwa suatu masalah biasanya memuat suatu situasi yang mendorong seseorang untuk menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya.
Pendapat dari ketiga sumber tersebut memberikan pemahaman kepada kita bahwa masalah matematika adalah soal-soal matematika yang didalamnya terdapat pertanyaan-pertanyaan tantangan untuk dipecahkan atau dijawab dan pemecahannya tidak bisa dilakukan dengan secara langsung menggunakan aturan, prosedur rutin yang biasa digunakan. Sesuai pengertian itu, Hudojo (2005:124) menguraikan syarat suatu soal matematika dipandang sebagai masalah bagi siswa apabila: (1) pertanyaan yang dihadapkan kepada siswa hatuslah dapat dimengerti oleh siswa tersebut, namun pertanyaan itu harus merupakan tantangan baginya untuk menjawabnya, (2) pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab dengan prosedur rutin yang telah diketahui siswa.
Pada intinya, masalah matematika adalah persoalan matematis yang menyajikan fakta dan pertanyaan, yang pemecahannya tidak dapat segera diketemukan melalui prosedur sederhana (tunggal), melainkan melibatkan beberapa konsep dan prosedur, dan perlu ditempuh dengan strategi tertentu. Masalah matematika memuat tingkat keluasan dan kedalaman konsep tertentu, sehingga pemecahannya memerlukan analisis yang cermat, strategis, dan lintas konsep.
b.      Pengertian Pemecahan Masalah
Untuk memperoleh kemampuan dalam pemecahan masalah, seseorang harus memiliki banyak pengalaman dalam memecahkan berbagai masalah. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang diberi banyak latihan pemecahan masalah memiliki nilai lebih tinggi dalam tes pemecahan masalah dibandingkan anak yang latihannya lebih sedikit. Dan adanya rasa tertarik untuk menghadapi tantangan dan tumbuhnya kemauan untuk menyelesaikan tantangan tersebut, merupakan modal utama dalam pemecahan masalah.
Pemecahan masalah matematika adalah upaya yang ditempuh untuk mendapatkan jawaban atas masalah matematika, yang dilakukan dengan melibatkan keterpaduan konsep matematis hingga diperoleh jawaban atau pemecahan masalah tersebut.


2.      Cara Mengajarkan Pemecahan Masalah
Karena pemecahan masalah merupakan kegiatan matematika yang sangat sulit baik mengajarkan maupun mempelajarinya, maka sejumlah besar penelitian telah difokuskan pada pemecahan masalah matematika. Pemecahan masalah (matematika) merupakan tipe belajar Gagne yang paling tinggi. Posisi pemecahan masalah yang strategis dalam pembelajaran matematika, yaitu sebagai tujuan pembelajaran dan objek pembelajaran,  menuntut pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah dan strategi pemecahan masalah. Semua itu diarahkan pada pencapaian pengalaman belajar siswa memecahkan masalah hingga diperoleh kemampuan memecahkan masalah. Untuk itu perlu dipikirkan alternative upaya pembelajarannya bagi siswa.
Branca (1980, Roebyanto dan Yanti,menegaskan tiga interpretasi umum pemecahan masalah, yaitu (1) pemecahan masalah sebagai sebagai tujuan (goal) yang menekankan aspek mengapa matematika diajarkan, dan sasarannya bagaimana memecahkan suatu masalah matematika, (2) pemecahan masalah sebagai proses yang diartikan sebagai kegiatan aktif, yang penekanannya terletak pada metode, strategi atau prosedur yang digunakan siswa dalam menyelesaikan masalah hingga menemukan jawabannya, (3) pemecahan masalah sebagai ketrampilan dasar (basic skill), yang menyangkut dua hal, yaitu (a) ketrampilan umum siswa untuk kepentingan evaluasi, (b) ketrampilan minimum yang diperlukan untuk dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Secara metodologis, pemecahan masalah bisa sebagai pendekatan, bisa sebagai strategi atau metode pemecahan masalah. Sebagai metode belajar, merupakan cara atau perlakuan terhadap materi (masalah) sehingga terbangun interaksi siswa dengan masalah yang dipecahkan hingga diperoleh pemecahan. Jika demikian, konsep metode belajar atau pembelajaran pemecahan masalah membutuhkan cara-cara spesifik agar pemecahan masalah sebagai proses dan ketrampilan dasar dapat diikuti dan dilakukan siswa hingga mencapai tujuan pemecahan masalah. Untuk ini  Hudojo (2005:131) mengajukan metode penemuan dengan bimbingan guru. Namun jika ditinjau dari guru sebagai pengajar pemecahan masalah, maka beberapa cara yang dapat ditempuh antara lain ekspository, tanya jawab, diskusi kelompok, atau metode lainnya.
Secara proses aktual, metode pemecahan masalah ditempuh dengan menerapkan strategi dan pendekatan pemecahan masalah. Pendekatan pemecahan masalah  berarti guru menyajikan pemecahan masalah sebagai proses yang dilakukan dengan tahapan-tahapan tertentu, yang menurut pada ahli dengan tahapan pokok sebagaimana tahapan pemecahan masalah dari Polya, yaitu memahami masalah, merencanakan pemecahan, melaksanakan pemecahan, dan melihat kembali hasil pemecahan. Pendekatan diperlukan agar siswa mampu melakukan adaptasi dengan materi pelajaran. Masalah-masalah matematika dan proses pemecahannya itulah dipandang sebagai materi pelajaran. Tentunya pendekatan yang dimaksud bersifat metodologis atau penyajian materi. Implementasi pendekatan tersebut adalah dengan mengarahkan siswa untuk memanfaatkan strategi pemecahan masalah dalam memecahkan masalah (soal) matematika.
Reys at.al. (1989, Ladinillah, 2008) memaparkan rangkuman hasil penelitiannya tentang pembelajaran pemecahan masalah, yaitu:
1.    Strategi pemecahan masalah secara khusus harus diajarkan sampai siswa dapat memecahkan masalah dengan benar.
2.    Tidak ada strategi yang optimal untuk memecahkan seluruh masalah (soal). Beberapa strategi sering digunakan dari pada lainnya dalam setiap tahapan pemecahan masalah.
3.    Guru harus mengajarkan berbagai strategi kepada siswa untuk dapat menyelesaikan berbagai bentuk masalah. Siswa harus dilatih menggunakan suatu strategi untuk berbagai soal, atau menggunakan beberapa strategi untuk suatu soal.
4.    Siswa perlu dihadapkan pada masalah dengan cara pemecahan yang belum dikuasainya (tidak biasa), dan mereka harus didorong untuk mencoba berbagai alternative pendekatan pemecahan.
5.    Prestasi atau kemampuan siswa dalam memecahkan masalah berhubungan dengan tahap perkembangan siswa. Oleh karena itu, tingkat kesukaran masalah yang diberikan harus sesuai dengan siswa.
Untuk merencanakan pembelajaran pemecahan masalah bagi siswa, Hudojo (2005:130) menguraikan secara garis besar, yaitu: (1) merumuskan tujuan pembelajaran, (2) menyiapkan pengetahuan prasyarat, dan (3) mengajarkan pemecahan masalah. Rumusan tujuan pembelajaran adalah memecahkan masalah matematika menggunakan konsep tertentu. Pengetahuan prasyarat termasuk di dalamnya adalah pemahaman dan ketrampilan pada pengetahuan yang menjadi syarat bagi proses pemecahan masalah yang disajikan. Untuk ini, Hudojo (2005:130) menyarankan guru melakukan identifikasi apa-apa yang sudah dipelajari siswa untuk suatu masalah yang akan diberikan. Masalah-masalah yang cocok yang disajikan kepada siswa. Mengajarkan pemecahan masalah merupakan inti pembelajaran pemecahan masalah.
Beberapa gagasan penting tentang pembelajaran pemecahan masalah, dikemukakan Hudojo (2005:130) antara lain:
1.    Untuk menyelesaikan masalah siswa perlu mendapatkan pendekatan pedagogis, yakni dengan menyiapkan masalah yang bervariasi dan bermakna bagi siswa dan membuat siswa tertarik memecahkannya.
2.    Perlunya pemberian penghargaan berupa nilai atau penghargaan khusus, atau pujian kepada siswa akan membuat siswa tertarik memecahkan masalah.
3.    Masalah-masalah diberikan atau dipilih sendiri oleh siswa, untuk kemudian dikerjakan secara individual dan dibicarakan dalam kelompok untuk kemudian disajikan di kelas.
4.    Menggunakan metode penemuan terbimbing, dengan penuntun secukupnya sebagai bantuan untuk menyelesaikan masalah.
5.    Beberapa penuntun yang perlu diberikan guru antara lain : memilih notasi yang cocok, melukiskan dalam gambar, mengungkapkan pengalaman belajar masa lampau, mengarahkan untuk menebak dan mengecek, mengarahkan penyederhanaan masalah, mengerjakan dengan cara mundur, dan penggunaan strategi lainnya.
Berdasarkan pada ide-ide pembelajaran pemecahan masalah di atas, dapat disarikan bahwa pemecahan masalah sebagai materi pelajaran, tujuan pelajaran, proses belajar, dan ketrampilan dasar, diajarkan bagi peserta didik dengan berprinsip pada beberapa  konsep, yaitu:
1.    Pengajaran diawali dengan analisis tujuan yang relevan dengan tujuan pemecahan masalah.
2.    Pengajaran dengan menyiapkan dan memanfaatkan pemahaman, ketrampilan, dan pengetahuan prasyarat sesuai konteks masalah yang dipecahkan.
3.    Inti pembelajaran pemecahan masalah adalah melakukan aktivitas pemecahan masalah yang tidak biasa dan bermakna bagi siswa, menggunakan pendekatan pemecahan masalah dari Polya.
4.    Menggunakan pendekatan pedagogic dan personal untuk mendorong dan menarik siswa senang melaksanakan tugas pemecahan masalah.
5.    Memberikan dan melatih penggunaan berbagai strategi untuk memecahkan masalah yang bervariasi.
6.    Menggunakan metode penemuan dan variasi metode lainnya dengan bantuan atau tuntuan yang relevan dengan kebutuhan pengembangan strategi pemecahan masalah yang diberikan.
7.    Melakukan penilaian kemampuan pemecahan masalah yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.


3.      Strategi Pemecahan Masalah
Memenuhi tahapan pendekatan pemecahan masalah, utamanya tahap kedua merencanakan pemecahan masalah, maka perlu memilih ide kreatif yang sesuai dengan karakteristik masalah sebagai strategi pemecahan masalah. Bebicara pemecahan masalah tidak lepas dari tokoh Polya(1993), menurutnya dalam pemecahan masalah terdapat empat langkah yang dilakukan yaitu: (1) memahami masalah, (2) merencanakan pemecahannya ,(3) menyeledaikan masalh sesuai rencana langkah kedua, dan (4) memeriksa kembali hasil yang diperoleh (looking back).
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang strategi pemecahan masalah yang mungkin diperkenalkan  pada anak sekolah dasar dapat dilakukan strategi sebagai berikut:
a.       Strategi Act It Out
            Strategi ini dapat membantu siswa dalam proses visualisasi masalah yang tercakup dalam yang dihadapi. Dalam pelasksanaannya, strategi ini dilakukan dengan menggunakan gerakan-gerakan fisik atau dengan gerakan benda-benda kongrit. Gerakan fisik ini dapat membantu atau mempermudah siswa dalam menemukan hubungan antara komponen-komponen yang tercakup dalam suatu masalah.
b.      Membuat Gambar atau Diagram
Strategi ini dapat membantu siswa untuk mengungkapkan informasi yang terkandung dalam masalah sehingga hubungan antara komponen dalam masalah tersebut dapat terlihat dengan terlihat dengan jelas. Pada saat guru mencoba mengajarkan strategi ini, penekan perlu dilakukan bahwa gambar atau diagram yang dibuat tidak perlu sempurna, terlalu bagus atau terlalu detail. Hal yang perlu digambar atau dibuat diagramnya bagian-bagian terpenting yang diperkirakan mampu memperjelas permasalahan yang dihadapi.
c.       Menemukan Pola
            Kegiatan matematika yang berkaitan dengan proses menemukan suatu pola dari sejumlah data yng diberikan, dapat dimulai dilakukan melalui sekumpulan gambar bilangan. Kegiatan yang dilakukan antara lain dengan mengobservasi sifat-sifat yang dimiliki bersama oleh kumpulan gambar atau bilangan yang tersedia. Sebagai suatu strategi untuk pemecahan masalah pencarian pola yang pada awalnya hanya dilakukan secara pasif melalui klu yang diberikan guru, padasuatu saat keterampilan itu akan terbentuk dengan senduirinya sehingga pada saat menghadapi permasalahan tertenru, salah satu pertanyaan yang mungkin muncul pada benak seseorang antara lain adalah: “Adakah pola atau keteraturan tertentu yang mengaitkan tiap data yang diberikan ?”. Tanpa melalui latiahn, sangat sulit bagi seseorang untukmenyadari bahwa dalam permasalahn yang dihadapi terdapat pola yang bisa diungkap.
d.      Membuat Tabel
            Mengorganisasi data sebuah tabel dapat membantu kita dalam mengungkapakan suatu pola tertentu serta dalam mengidentifikasi informasi yang tidak lengkap.
e.       Memperhatiakan Semua Kemungkinan Secara Sistematik
            Strategi ini biasanya digunakan bersamaan dengan strategi mencari pola dan menggambar tabel. Dalam menggunakan strategi ini, kita mungkin tidak perlu memperhatikan keseluruhan kemungkinan yang bisa terjadi. Yang kita perhatiakn adalah semua kemungkinan yang diperoleh dengan cara yang sistematik. Yang dimaksud sistematik disini misalnya dengan mengorganisisikan data bedasarkan kategori tertentu. Namun demikian, untuk msalah-maslah tertentu, mungkin kita harus memperhatiakan semua kemungkinan yang bisa terjadi.
f.       Tebak dan Periksa (Guees and check)
            Strategi menebak yang dimaksudkan disini adalah menebak yang didasarkan pada alsan tertentu serta kehati-hatian. Selain itu, untuk dapat melakukan tebakan dengan baik seseorang perlu memiliki pengalaman  cukup yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi.
g.      Strategi Keja Mundur
            Suatu masalah kadang-kadang disajiakan dalam suatu cara sehingga yang diketahui itu sebenarnya merupakan hasil dari proses tertentu, sedangakan komponen yang ditanyakan merupakan komponen yang seharusnya muncul lebih awal. Penyelesaian masalah seperti ini biasanya dapat dilakukan dengan menggukan stategi mundur. Contoh masalahnya adalah sebagai berikut.
Jika jumlah dua bilangan bulat adalah 12, sedangakan hasil kalianya 45, tentukan kedua bilangan tersebut.
h.      Menentukan yang Diketahui, yang Dinyatakan dan Informasi yang terkenal Diperlukan.
            Strategi ini merupakan cara penyelesaian yang sangat terkenal sehingga seringkali muncul dalam buku-buku matematika sekolah.
i.        Menggunakan Kalimat Terbuka.
            Strategi ini juga termasuk sering diberikan dalam buku-buku matematika sekolah dasar. Walaupun strategi ini termasuk sering digunakan, akan tetapi pada langkah awal seringkali mendapatkan kesulitan untuk menentukan kalimat terbuka yang sesuai.Untuk sampai pada kalimat yang dicari, seringkali harus melalui penggunaan strategi lain, dengan maksud agar hubungan antar unsur yang terkandung di dalam masalah dapat dilihat secara jelas. Setelah  itu baru di buat kalimat terbukanya. Berikut adalah contoh masalah yang dapt diselesaikan dengan menggunakan strategi kalimat terbuka.
Dua pertiga dari suatu bilangan adalah 24 dan setengah dari bilangan tersebut adalah 18. Berapakah bilangan tersebut?
j.        Menyelesaikan Masalah yang Mirip atau Masalah yang Lebih Mudah.
Sebuah soal adakalanya sangat sulit untuk diselesiakan karena di dalamnya terkandung permasalahan yang cukup kompleks misalnya menyangkut bilangan yang sangat besar, bilangan sangat kecil, atau berkaitan dengan pola yang cukup kompleks. Untuk menyelesaikan masalah seperti ini, dapat dilakukan dengan menggunakan analogi penyelesaian masalah yang mirip atau masalah yang lebih mudah.
k.      Mengubah Sudut Pandang
            Stratefi ini seringkali digukan setelah kita gagal untuk menyelesaiakan masalah dengan menggunakan strategi lainnya. Waktu itu mencoba menyelesaikan masalah, sebenarnya kita mulai dengan sudut pandang tertentu atau mencoba menggunakn asumsi-asumsi tertentu.Setelah kita mencoba menggunakan suatu strategi dan ternyata gagal, kecendrungannya adalah kembali memperhatikan soal dengan menggunakan sudut pandang yang sama. Jika setelah menggunakan strategi lain ternyata masih tetap gagal, cobalah untuk mengubah sudut pandang dengan memperbaiki asumsi atau memeriksa logika berfikir yang digunakan sebelumnya.

4.      Pentingnya Pemeriksaan Hasil Kembali (Looking Back)
Salah satu cara terbaik untuk mempelajari pemecahan masalah dapat dilakukan setelah penyelesaian masalah selesai dilakukan. Memikirkan atau menelaah kembali langkah-langkah yang telah dilakukan dsalam pemecahan masalah merupakan kegiatan yang sangat penting untuk meningkatkan kemapuan anak dalam pemecahan masalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diskusi dan mempertimbangkan kembali proses penyelesaian yang telah dibuat merupakan faktor penting yang bisa dikembangkan dalam langkah terakhir dari strategi Polya dalam pemecahan masalah tersebut adalah : mencari kemungkinan adanya generalisasi, melakukan pengecekan terhadap hasil yang diperoleh mencari cara lain untuk menyelesaikan masalah yang sama, mencari kemungkinan adanya penyelesaian lain, dan menelaah kembali proses penyelesaian masalah yang telah dibuat.

5.      Metakognisi
Metakognisi adalah suatu kata yang berkaitan dengan apa yang dia ketahui tentang dirinya sebagai individu yang belajar bagaimana dia mengontrol serta menyesuaikan perilakunya. Anak perlu menyadari akan kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Metakognisi merupakan kemampuan untuk melihat pada diri sendiri sehingga apa yang dia lakukan dapat terkontrol secara optimal. Dengan kemampuan ini seseorang dimungkinkan memiliki kemampuan tinggi dalam pemecahan masalah, karena dalam setiap langkah yang ia kerjakan senantiasa muncul pertanyaan “Apa yang saya kerjakan?”, “Mengapa saya mengerjakan ini?”, “Hal apa yang bisa nembantu saya dalam memecahkan masalah ini?”.
Perkembangan metakognisi dapat diupayakan dengan cara dimana anak dituntut untuk mengobservasi tentang apa yang mereka ketahui dan mereka kerjakan, dan untuk merefleksi tentang apa yang dia observasi. Beberapa hal yang bisa dilakukan guru untuk menolong anak mengembangkan metakognisinya antara lain dengan melakukan kegiatan-kegiatan berikut:
a.       Ajukan pertanyaan  yang berfokus pada apa dan mengapa.
b.      Kembangkan berbagai aspek pemecahan masalah yang dapat meningkatkan prestasi anak.
c.       Dalam proses pemecahan suatu masalah, anak harus secara nyata melakukannya secara mandiri atau berkelompok sehingga mereka merasakan langsung liku-liku proses untuk menuju suatu penyelesaian.

6.      Contoh Pembelajaran dalam Pemecahan Masalah
Pembelajaran matematika di sekolah pada umumnya lebih bersifat klasikal yaitu guru berdiri di depan kelas, sedangkan siswa duduk rapi di tempat duduk masing-masing. Pada system pembelajaran seperti ini, system komunikasi yang terjadi cenderung satu arah yaitu guru aktif menerangkan, memberi contoh, menyajikan soal, atau bertanya, sedangkan siswa duduk mendengarkan, menjawab pertanyaan, atau mencatat materi yang disajikan guru. Untuk memungkinkan terjadinya komunikasi yang lebih bersifat multi-arah, dengan “small group discussion”.
Setelah siswa diberikan kesempatan beberapa saat untuk mendiskusikan permasalahan yang disajikan, selanjutnya guru berkeliling untuk memeriksa apakah ada kelompok yang telah siap menjelaskan hasil diskusinya atau belum. Jika ternyata ada kelompok yang sudah siap dengan jawabannya, guru mencoba mengajukan beberapa pertanyaan pada kelompok tersebut.
Pada awalnya siswa terlihat  agak kaku dalam mengikuti proses belajar dengan setting kelompok kecil yang terdiri atas empat ayau lima orang. Namun dalam proses selanjutnya mereka mulai bisa mengikuti dan melakukan diskusi dengan baik dalam kelompok masing-masing karena mereka dihadapkan pada tantangan yang menurut sebagian siswa cukup menyenangkan. Hal ini terbukti antara lain pada saat suatu kelompok telah mampu menyelesaikan soal, mereka memperlihatkan kecenderungan untuk mencoba masalah lainnya yang tersedia.
Contoh pendekatan masalah yang dikemukakan oleh Polya:
Ada berapa cara yang bisa dilakukan untuk memperoleh jumlah uang sebesar Rp. 25.000,00 dengan pecahan puluhan ribu, dan ribuan?
Penyelesaiannya :
a.      Mencari masalah
Terdapat banyak cara yang bisa dilakukan untuk memperoleh jumlah uang sebesar Rp. 25.000,00. disini misalkan:
ð  Puluhan ribu (P)
ð  Lima ribuan (L)
ð  Ribuan (R)
Tidak perlu digunakan semuanya sekaligus untuk mendapat jumlah yang diinginkan. Dengan demikian 25 lembar uang ribuan adalah salah satu contohnya.
b.       Merencanakan Pemecahan Masalah
Untuk menyelesaikan masalah ini dapat dilakukan melalui pemanfaatan tabel.
c.        Menyelesaikan Masalah
Dengan memperhatikan kombinasi tiga jenis pecahan yang diperoleh, maka di dapat tabel :
P
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
2
2
L
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
0
1
R
25
20
15
10
5
0
15
10
5
0
5
0
Dari tabel diatas terlihat bahwa terdapat 12 kemunginan pasangan uang pecahan hingga di peroleh jumlah Rp. 25.000,00.
d.      Melakukan Pemeriksaan Kembali
Periksa kembali jumlah untuk tiap kolom serta kemungkinan pasangan lain yang belum termuat.


BAB III
PENUTUP

1.       Kesimpulan
Pendekatan pemecahan masalah adalah pendekatan yang digunakan dalam mempelajari suatu ilmu pengetahuan dengan maksud mengubah keadaan yang aktual menjadi suatu keadaan, seperti yang kita kehendaki dengan memperhatikan prosedur pemecahan yang sistematis. Seperti yang dikemukakan oleh Polya, prosedur pemecahan masalah ada empat langkah yaitu Memahami masalah, Membuat rencana untuk menyelesaikan masalah, Melaksanakan rencana yang dibuat pada langkah kedua, Memeriksa ulang jawaban yang diperoleh.
Dengan mengembangkan pembelajaran pemecahan masalah, peserta didik dapat mengembangkan sikap kritis dan ilmiah.
Kekurangan pada pendekatan pemecahan masalah ini adalah membutuhkan waktu lama, tidak semua masalah yang dapat diselesaikan dengan metode ini, guru sulit mencari masalah yang tidak rutin.

2.      Saran
Dengan adanya makalah ini tentang pemecahan masalah matematika, penulis mengharapkan pembaca untuk dapat menggunakan dan mengaplikasikanya dalam kehidupan sehari-hari, khusus pembelajaran matematika.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritikan dan masukan yang membangun.


DAFTAR PUSTAKA

Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer . Bandung : Penerbit JICA – Universitas Pendidikan Indonesia



Tidak ada komentar:

Posting Komentar